Selama setahun terakhir, kripto telah mengalami volatilitas dan skandal pasar nan memperkuat lama, nan berakibat negatif terhadap kepercayaan konsumen di industri ini. Namun, laporan akhir tahun dari Accenture mengungkapkan bahwa konsumen tetap menggunakan kripto apalagi dalam jangka panjang.

Menurut laporan Pembayaran Konsumen Global Accenture 2022, sementara banyak konsumen tetap lebih memilih metode pembayaran tradisional seperti duit tunai alias kartu kredit, bakal tetapi satu dari lima konsumen nan disurvei sekarang mempunyai mata duit kripto.
Ada 28% konsumen nan menggunakan kripto mengatakan memilih untuk menggunakan ruang kripto adalah lantaran investasi jangka panjang. Ini diikuti oleh 22% konsumen nan mengatakan bahwa pilihan mereka untuk menggunakan ke kripto adalah lantaran “keingintahuan” tentang ruang tersebut.
Alasan pengganti lainnya terkait dengan opsi finansial pengganti dan pembayaran lintas pemisah (border cross) :
Baca Juga : Anggota Parlemen As Menyarankan ‘Mungkin’ Crypto Harus Dilarang Setelah Runtuhnya FTX
“Kurangnya standardisasi dan kompleksitas peraturan yurisdiksi nan menghalang penggunaan CBDC untuk transaksi lintas batas.”
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa pengaruh naik turun di pasar cryptocurrency baru-baru ini dapat “memperlambat mengambil mereka, setidaknya sampai pasar menjadi lebih teratur.”
Saat ini, hanya 23% responden mengatakan bahwa mereka mempercayai kripto untuk menyediakan metode nan kondusif dalam pembayaran dan pembelian.
Disebutkan pula mata duit digital bank sentral (CBDC) sebagai metode pembayaran pengganti di masa depan. Namun, tetap banyak komplikasi nan kudu diselesaikan.
Survei tersebut menjangkau 16.000 pelanggan di 13 negara di Asia, Eropa, Amerika Latin, dan Amerika Utara pada Agustus dan September 2022.
Meskipun ragu, pasar baru-baru ini mengeluarkan metode pembayaran generasi baru nan sedang naik daun. Selain duit tunai, kartu, cek, dan e-niaga, ialah dompet digital, kripto, pembayaran nan diautentikasi secara biometrik, dan pembayaran metaverse..
Namun, untuk saat ini, laporan tersebut menyimpulkan bahwa 58% konsumen tetap ragu untuk bertransaksi di metaverse lantaran kurangnya kepercayaan terhadap penyedia pembayaran nan tersedia.
Laporan terbaru lainnya dari Capgemini mengatakan bahwa lebih dari 90% konsumen mau tahu tentang metaverse.
Sumber : cointelegraph.com