Attack on Titan: The Final Season 3 (Part 1) Review

Sedang Trending 3 minggu yang lalu

Attack on Titan: The Final Season Part 3 (Part 1) akhirnya rilis juga setelah penantian selama nyaris setahun. Anime terkenal nan diangkat dari manga Hajime Isayama ini sebetulnya telah memasuki ‘The Final Season’ sejak Desember 2020. Manga-nya sendiri sudah tamat pada April 2021.

“Attack on Titan” menjadi shounen anime dengan jarak perilisan per season nan cukup jauh. Anime ini pertama kali rilis pada 2013, membikin anime ini telah mengudara selama 10 tahun dengan ‘The Final Season’ nan dijanjikan bakal tuntas pada musim gugur tahun ini.

Berbeda dengan format rilisan ‘The Final Season’ Part 1 dan Part 2 nan mengandung beberapa episode, masing-masing Part 3 dan Part 4 hanya terdiri dari satu bagian berdurasi kurang lebih satu jam. Akhir dari Part 2 menjadi intro dari momen Rumbling, rencana pembunuhan massal oleh Eren Yeager demi kebebasan Paradis.

Tidak sejalan dengan mengerti sahabatnya, Armin, Mikasa, berbareng teman-teman Survey Corps dan warrior Marley nan tetap tersisa berupaya untuk menghentikan pembantaian nan sedang dilakukan oleh Eren.

 The Final Season 3

Babak Awal Rumbling nan Megah dan Menegangkan

(Spoiler Alert!) Rumbling menjadi momen puncak dalam “Attack on Titan” nan sudah dinanti-nanti oleh fans manga-nya. Banyak nan mempunyai ekspektasi tinggi bakal kualitas visual dan animasi untuk Attack on Titan: The Final Season Part 3 (Part 1) ini. Part 3 (Part 1) dibuka dengan momen Rumbling nan megah dan sukses hadirkan nuansa apocalypse dengan kekuasaan warna merah dan jingga nan panas, Colossal Titan nan massive , menjadi latar belakang visual orang-orang nan berlari dalam kepanikan serta teror.

Momen Rumbling pada ‘The Final Season’ Part 3 ini bakal kembali mengingatkan kita pada Season 1 Episode 1 ketika para Titan menyerang Shiganshina setelah bertahun-tahun para masyarakat Paradis hidup dalam kedamaian. Momen dimana Eren kehilangan ibunya dan berjanji untuk melakukan balas dendam. Pada akhirnya, “Attack on Titan” kembali menggaris bawahi arc peradaban manusia melawan Titan.

Selain sukses mengakselerasi Rumbling dengan animasi nan megah, ada panel-panel ikonik dalam manga-nya nan tetap dipertahankan dan dipresentasikan dengan baik. Salah satunya adalah panel ‘freedom’ Eren nan ikonik.

 The Final Season 3

Akhir dari Perjuangan Heroik Hange nan Emosional

Berlatar di Odiha, Armin, Mikasa, berbareng personil Survey Corps dan warrior Marley nan tersisa bersiap-siap untuk menghentikan Rumbling. Annie, Falco, Gabi, dan Yelena memperkuat di kapal berbareng Azumabito. Sementara Armin, Mikasa, Hange, Levi, dan lainnya bersiap untuk terbang dengan pesawat menuju Eren dan menghentikan Rumbling secara langsung. Tiba-tiba muncul Floch nan rupanya tetap memperkuat dan sukses membikin lubang pada tangki bensin pesawat sebelum akhirnya dituntaskan oleh Mikasa.

Pesawat pun memerlukan waktu untuk diperbaiki, namun Rumbling sudah semakin dekat. Hange pun menyerahkan jabatannya sebagai ketua Survey Corps pada Armin, kemudian memutuskan untuk melawan Colossal Titan untuk mengulur waktu.

Pertarungan Hange dengan Colossal Titan menjadi momen paling berkesan pada Attack on Titan The Final Season Part 3 (Part 1). Mulai dari animasinya nan dinamis, memperlihatkan tindakan terakhir Hange nan tangkas dengan ODM gear. Kemudian ditambah dengan soundtrack dari Mika Kobayashi, ‘Bauklötze’. Momen Hange ini bisa jadi momen pengorbanan dan kematian terbaik sepanjang season dalam “Attack on Titan”.

Pembagian The Final Season nan Berlebihan Semakin Mengganggu Pengalaman Menonton

“Attack on Titan” tak diragukan merupakan anime terbaik dan terpopuler dalam dasawarsa ini. Mulai dari animasi, musik, pengarahan visual, hingga perkembangan karakter dan ceritanya. Nyaris sempurna dalam beragam aspek sebagai anime shounen nan mempunyai world building skala besar. Kualitas “Attack on Titan” setiap season juga termasuk konsisten kualitasnya. Meski sempat beranjak studio, dari Wit Studio ke MAPPA, seiring melangkah waktu, fans juga tidak terlalu susah untuk beradaptasi dengan kreasi visual nan telah disesuaikan. Hanya sempat ada penurunan sedikit kualitas pada ‘The Final Season’ Part 1, namun kembali membaik pada Part 2.

Sebetulnya, masalah utama anime ini bukan pada kualitasnya, melainkan sistem perilisannya nan mulai terlihat konyol dengan begitu banyaknya bagian nan dirilis dengan jarak waktu nan cukup jauh. Terutama semenjak ‘The Final Season’ nan dibagi-bagi hingga tiga, serta pengedaran bagian nan patut dipertanyakan. Entah ini lantaran aspek komersial dan profit, alias memang studionya nan tidak bisa menyelesaikan ‘The Final Season’ tepat waktu untuk merilis semua bagian dalam satu season.

Yang pasti eksekusi perilisan dengan pembagian part ini cukup merusak momentum pada pengalaman menonton. Terkadang ada informasi nan sudah kita lupakan, hingga pengalaman kita dalam memahami emosi nan dialami oleh setiap karakter. Bagi karakter-karakter dalam semesta fiksi ini, semuanya terjadi dalam satu momen dalam jangka waktu dekat. Namun bagi kita penonton, semuanya terjadi dalam jangka waktu nan panjang. Ibarat sedang menonton ‘The Final Season’, kita kerap mendapatkan interupsi, jadinya antiklimaks.

Part 3 (Part 1) nan dirilis dengan lama 1 jam mungkin mau di-treatment seperti “film”. Namun eksekusinya tetap terasa sama saja dengan kualitas weekly series. Tidak ada nan terlalu spesial, hanya bagian dengan kualitas nan tetap sama bagusnya. Ending-nya juga sama seperti format bagian series pada umumnya, dimana momentumnya bakal terjaga jika saja Part 2 langsung rilis pekan depan. Namun, tidak, “Attack on Titan” kembali meminta kita untuk menunggu satu bagian terakhir pada musim gugur 2023.

Jika di luar sana tetap ada penikmat anime nan belum kunjung mulai menonton “Attack on Titan”, anime ini tetap bakal terlihat sebagai anime terbaik jika dinikmati dengan sebagai tontonan marathon.

Sumber Blog Hiburan TV, Movies, Music, dan Lifestyle
Blog Hiburan TV, Movies, Music, dan Lifestyle
close
Atas