Harga Bitcoin (BTC) sentuh level tertingginya sejak Agustus 2022. (16/2) pukul 07.35 WIB, BTC sempat diperdagangkan pada nilai US$24,737 menurut informasi Coingecko. Pukul 11.30 WIB, nilai Bitcoin berada di nomor US$24,885. Harga BTC terpantau tumbuh 11,8% dalam 24 jam terakhir.
Kenaikan BTC turut mengerek nilai altcoin lainnya, seperti Ethereum, Binance Coin, dan XRP, masing-masing naik dengan presentase 4,11%, 8,5%, dan 5,14% dalam 24 jam terakhir.
Saat ini, kapitalisasi pasar BTC berada di nomor US$476 miliar, naik 11,46%. Total kapitalisasi pasar kripto keseluruhan tumbuh 8,62%, dan berbobot US$1,2 triliun.
Kenaikan BTC turut membikin para trader dengan posisi Short terkena likuidasi. Merujuk informasi Glassnode (16/2) pukul 09.58 WIB, telah ada US$85,53 juta aset nan terkena likuidasi. Ini menunjukan bahwa banyak trader nan tidak menduga kenaikan Bitcoin ini.
Efek Positif Inflasi Turun
Kenaikan BTC hari ini mengikuti kenaikan nan telah terjadi sebelumnya pada hari Rabu (15/2) setelah Amerika Serikat merilis tingkat inflasi nan turun tipis ke nomor 6,4%, sebelumnya 6,5%.
Setelah tingkat inflasi baru diumumkan, nilai Bitcoin menunjukan kenaikan ke nilai di US$22,330, setelah sebelumnya berada di level US$21,700 pada Selasa (14/2).
Sementara itu, Bank Sentral Amerika alias The Fed mengatakan, mau inflasi kembali ke kisaran 2%. Maka itu, untuk mengembalikan lonjakan inflasi, bank sentral AS berupaya terus meningkatkan suku kembang hingga 8 kali dari periode Maret 2022-Februari 2023.
Analis di CME Group memprediksi kemungkinan lebih dari 90% bahwa The FED bakal meningkatkan suku kembang 25 pedoman poin pada pertemuan selanjutnya bulan Maret.
Suku kembang AS saat ini berada di nomor 4,75%, tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Pejabat The Fed telah berulang kali memberi sinyal hawkish untuk meningkatkan suku kembang hingga 5% cocok sasaran bank sentral.
Kenaikan BTC di Tengah Tindakan Tegas SEC
Kenaikan raja aset kripto ini memberikan angin segar bagi industri kripto di tengah tindakan Security Exchange and Comission (SEC) sedang menuntut Paxos, terkait stablecoin BUSD nan dinilai tidak mengikuti kebijakan sekuritas.
Penyelidikan ini menyebabkan Paxos kudu menghentikan publikasi unit baru BUSD sampai waktu nan belum ditentukan.
Sebagai stablecoin terbesar ketiga dan aset kripto terbesar ketujuh, polemik BUSD ini cukup berakibat pada pasar kripto. Investor condong beranjak ke USDT setelah sengketa Paxos diberitakan.