Hitekno.com - Temuan para peneliti menunjukkan bahwa berhenti merokok mungkin mempunyai faedah bagi kesehatan kognitif bagi separuh baya.
Merokok tak hanya menyebabkan pengaruh jelek bagi sistem pernapasan dan kardiovaskular, para peneliti dari Ohio State University memperingatkan bahwa kebiasaan unik ini juga menimbulkan jenis akibat nan berbeda bagi orang paruh baya.
Baca Juga: - Lihat Gadis Tinggi Mirip Anya Geraldine Naik Motor Matic, Netizen: Kayak Jongkok Woi - 5 Hero Mobile Legends Terkuat dan Paling OP di Patch Terbaru 2022 - 5 Tips Solo Rank Mobile Legends, Anti Lose Streak Auto Win Streak
Dilansir dari Sputnik News, studi nan diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease beranggapan bahwa perokok di antara demografis nan disebutkan di atas mungkin menghadapi kesempatan lebih besar untuk mengalami kehilangan ingatan dan kebingungan daripada mereka nan tidak merokok.
Para peneliti juga menyarankan bahwa kemungkinan penurunan kognitif tampaknya menurun bagi mereka nan sebelumnya merokok tetapi memilih untuk menghentikan kebiasaan jelek ini.
"Asosiasi nan kami lihat paling signifikan pada golongan usia 45-59 tahun, menunjukkan bahwa berakhir pada tahap kehidupan itu mungkin mempunyai faedah bagi kesehatan kognitif," kata Jeffrey Wing, asisten guru besar epidemiologi di Ohio State University's College of Public Health dan rekan penulis studi tersebut.
Setelah menganalisis hasil Survei Sistem Pengawasan Faktor Risiko Perilaku 2019 di Amerika Serikat, para peneliti menetapkan bahwa prevalensi kondisi nan dilaporkan sendiri nan dikenal sebagai penurunan kognitif subjektif (SCD) di antara perokok sekitar 1,9 kali lipat dari mereka nan tidak merokok.
Sementara prevalensi SCD di antara orang-orang nan berakhir merokok lebih dari 10 tahun nan lampau sedikit lebih besar daripada di antara non-perokok, mereka nan berakhir merokok kurang dari satu dasawarsa nan lampau menunjukkan prevalensi SCD 1,5 kali lipat dari non-perokok.
"Temuan ini dapat menyiratkan bahwa waktu sejak berakhir merokok memang penting, dan mungkin terkait dengan hasil kognitif," kata Jenna Rajczyk, mahasiswa PhD di College of Public Health dan penulis utama studi tersebut.