Kelamaan Tidur bareng Anak, Bisa Ganggu Pernikahan Mums!

Sedang Trending 3 bulan yang lalu

Sayang anak bukan berfaedah Mums dan Dads kudu mengorbankan pernikahan, lho. Nyatanya, tak apa untuk “tega” berpisah bilik dengan anak demi menjaga keintiman dengan suami. Simak selengkapnya di sini.

Tidur Bareng Anak Tak Selamanya Baik

Setelah menjadi ibu, posisi wuenak buat tidur adalah sembari memeluk anak. Bener, enggak? Ya, hatikecil ibu untuk selalu melindungi dan dekat dengan anaknya memang sangat wajar. Pada beberapa ibu, tidur berbareng anak juga membantu menyelaraskan siklus tidur, serta membangun keterikatan nan aman.

Bagi Mums nan sebelumnya menyusui si Kecil, umumnya juga bakal merasa lebih nyaman jika anak berada dalam jarak nan dekat. Nah, dorongan untuk membikin anak tetap tenang dengan menjaganya tetap dekat, dapat bersambung hingga masa balita. Di sinilah kesulitan untuk pisah tidur bermula, lantaran si Kecil sudah terbiasa tidur ditemani dan merasa resah serta takut berpisah.

Namun, tak tega alias anak tak mau pisah, nyatanya bukanlah hambatan nan bisa menjadi argumen untuk terus lanjut tidur berbareng anak, lho. Pasalnya, ada akibat cukup fatal jika perihal ini berlanjut, dan ini ada kaitannya dengan kualitas hubungan Mums dan suami.

Ya, keintiman bentuk krusial dalam pernikahan dan tidak boleh diabaikan. Di masa-masa awal tidur bersama, Mums dan Dads mungkin tetap tetap bisa “melakukannya” dengan langkah nan “kreatif”. Selain itu, memang betul bahwa Mums dan Dads selalu dapat berasosiasi seks di tempat lain. Namun perlu diketahui, perilaku manusia mempunyai kecenderungan bahwa ketika ada sesuatu perihal nan mempersulit, maka frekuensinya pun bakal berkurang.

Baca juga: Anak Stunting Miliki Masa Depan Suram, Cegah dengan Tiga Cara Berikut!

Pernikahan Terancam Jika Terlalu Lama Tidur Bersama Anak

Jika keintiman lenyap dalam pernikahan, sigap alias lambat, disadari alias tidak, bakal ada keretakan dalam hubungan, nan berpotensi menyebabkan hilangnya hubungan emosional dan verbal secara permanen dengan pasangan. Bagaikan bola salju, masalah lain pun bermunculan seiring dengan hilangnya keintiman dalam pernikahan, seperti:

  • Suami dan istri mulai menarik diri satu sama lain.
  • Pasangan nan ditolak merasa tidak dicintai dan tidak aman.
  • Pasangan merasa tidak dipedulikan. Dalam hubungan jangka panjang, pasangan dengan libido lebih tinggi, merasa seolah-olah pasangannya tidak memedulikannya, lantaran sering menolak jika diajak berasosiasi intim.
  • Memicu depresi.

Baca juga: Apakah Anovulasi Membuat Wanita Tidak Bisa Hamil?

  • Hidup dalam pernikahan tanpa seks dapat membikin pasangan merasa tidak diinginkan, tidak menarik, dan betul-betul kehilangan motivasi.
  • Pernikahan menjadi membosankan dan akibatnya, salah satu alias kedua pasangan mulai mengalami frustrasi dan kehilangan motivasi untuk mencurahkan daya ke bagian kehidupan krusial lainnya.
  • Peluang selingkuh meningkat berlipat ganda.
  • Jika masalah keintiman tetap ada, perceraian juga bisa terjadi.

Untuk memperbaiki pernikahan tanpa seks alias mengatasi keintiman nan lenyap dalam pernikahan, maka krusial untuk memahami penyebabnya terlebih dulu. Bukalah hati dan introspeksi diri. Jika di hati terkecil Mums sadari bahwa semua ini bermuara dari kurangnya waktu dan kesempatan untuk berdua dengan suami, lantaran ada anak di tempat tidur nan sama, maka mulailah bergerak untuk mengubahnya.

Ingat, tidak apa-apa jika bayi nan baru lahir untuk tidur dengan ibunya, tetapi krusial untuk mengajarkannya untuk pindah ke kamarnya sendiri setelah anak menginjak usia balita. Semoga sukses ya, Mums. (IS)

Baca juga: Air Liur Menjadi Pelumas? Big No buat nan Lagi Promil!

Referensi:

VeryWell Family. Co-Sleeping with A Toddler

Marriage. Intimacy Missing In Marriage

Psychology Today. No Sex In Marriage

How to Bring Up Great Kids. Co Sleeping Lead to Marital Breakdown








Sumber Blog GueSehat
Blog GueSehat
close
Atas