
Teknologi.id - Seorang bocah SD asal NTT sukses mengharumkan nama Indonesia atas prestasinya di kancah internasional. Namanya adalah Caesar Archangels HM Tnunay, saat ini dia duduk di bangku kelas satu SD Negeri Inpres Buraen 2 di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalhnya, Nono sukses meraih juara 1 olimpiade matematika Abacus World International Competition 2022 setelah menyingkirkan 7.000 peserta lainnya.
Bercita Cita Menciptakan Teknologi Baru Seperti Elon Musk
Nono bercita-cita untuk menjadi seperti Elon Musk, dia kagum bakal teknologi nan dikembangkan oleh idolanya.
"Saya bercita-cita mau menjadi seperti Elon Musk, lantaran bisa menciptakan pesawat tercepat dan mobil listrik tercepat," kata Nono pada Jumat, 20 Januari 2023.
Terinspirasi dari idolanya, bocah berhati emas itu mau sekali menciptakan teknologi baru nan dapat membantu masyarakat mini di lingkungannya.
"Dia sangat luar biasa bisa ciptakan perangkat transportasi tercepat. Kalau saya nan bisa seperti itu, masyarakat di sekitar sini saya bisa bantu, termasuk saya punya teman-teman sekolah," kata Nono disambut tepuk tangan dari kawan sekelasnya.
Memang, seorang pujaan sangat mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Nono pun menyukai matematika lantaran telah mengidolakan fisikawan Yohanes Surya dari kecil. Sejak usia lima tahun, dia sudah doyan membaca kitab buku karya Yohanes Surya.
Mengalahkan Peserta Asal Qatar dan AS
Abacus World Competition merupakan wadah perlombaan matematika untuk seluruh siswa Abacus Brain Gym di seluruh dunia. Sistem perlombaan bakal memenangkan siswa nan sukses mengerjakan file soal terbanyak dalam waktu satu tahun. Tiap filenya terdiri dari 10 soal. Pada kejuaraan ini, Nono sukses menyelesaikan 15.201 file dalam setahun. Artinya Nono sukses 152.010 soal nan diujikan dalam corak virtual dan lisan dalam bahasa Inggris.
Dengan ketekunannya, dia pun dapat mengalahkan peserta lainnya, apalagi peserta asal Qatar dan AS. Posisi kedua diduduki peserta dari Qatar nan mengerjakan 7.502 file alias 75.020 soal. Bahkan posisi juara 2 pun berbeda jauh dari upaya Nono, apalagi tidak ada separuh dari nan Nono kerjakan. Juara ketiga dimenangkan oleh peserta asal Amerika Serikat nan mengerjakan 6.138 file alias 61.380 soal.
Dukungan Penuh Dari Kedua Orangtuanya
Nono lahir di Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, NTT pada 2 April 2015. Ia merupakan anak bungsu dari tiga berkerabat di family nan sederhana. Ayahnya Rafli Meo Tunany adalah seorang petani dan pekerja bangunan. Sementara sang Ibu Nuryati Seran adalah seorang pembimbing berstatus kontrak. Meskipun hidup dengan sederhana, perihal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar dan berprestasi.
Orang tua Nono sudah mengajarkan Nono untuk hidup dengan disiplin. Dia selalu memulai harinya dari jam 5 pagi untuk segera belajar dan sarapan. Ibu Nono pun mengatakan bahwa dia sudah memandang kegeniusan dan antusias Nono dalam menimba ilmu. "Dari mini selalu bertanya ini dan itu. Dia bakal selalu ingat," kata Nurhayati, Ibu Nono.
Ayahnya pun selalu mendukung kegiatan belajar Nono. Tiap harinya, Ayah Nono bakal mengantarkan anaknya ke sekolah nan berjarak 4 km dari rumahnya. Terlepas dari apapun pekerjaannya, dia selalu menyisihkan uangnya untuk memfasilitasi kuota internet kepada Nono. "Kami selalu sisihkan duit untuk pulsa Nono selama mengikuti lomba itu, hingga akhirnya sukses menjadi juara," tutur Rafli, Ayah Nono.