Organoid Intelligence (OI) Masa Depan Kecerdasan Buatan yang Lebih Unggul daripada AI

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
Organoid Intelligence OI. Foto: Frontiers via India Today

Teknologi.id - Teknologi kepintaran buatan (AI) sedang populer. ChatGPT buatan OpenAI memperoleh perhatian besar lantaran bisa memahami pertanyaan dan memberikan jawaban nan mudah dimengerti. Selain itu, teknologi AI juga digunakan pada fitur kamera smartphone untuk meningkatkan kualitas foto.

Kecerdasan Buatan alias Artificial Intelligence (AI) telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan telah digunakan di banyak aspek kehidupan manusia. Namun, sekelompok intelektual telah mengembangkan sistem baru nan disebut "Organoid Intelligence" alias OI.

OI merupakan sistem buatan nan menggunakan sel-sel otak manusia nan hidup. Mereka percaya bahwa suatu hari nanti, OI bakal menjadi sistem nan lebih efisien dan irit daya dibandingkan dengan sistem buatan nan ada saat ini.

Tim internasional nan dipimpin oleh Universitas Johns Hopkins di Baltimore telah mengembangkan OI dan menerbitkan rincian tentang proyek tersebut dalam jurnal Frontiers in Science pada hari Selasa.

Apa itu OI?

Teknologi AI semakin berkembang dan banyak digunakan. Namun, menurut sebuah jurnal dari Universitas Johns Hopkins, AS, teknologi baru berjulukan Organoid Intelligence (OI) mungkin bakal menakut-nakuti masa depan AI.

OI merupakan teknologi AI nan digabungkan dengan keahlian komputasi otak manusia melalui sel-sel otak manusia nan diperbanyak untuk beragam kepentingan penelitian.

Para intelektual berambisi dengan menggunakan sel-sel otak ini, mereka dapat memanipulasi kegunaan otak manusia untuk menggali potensi dari keahlian otak secara keseluruhan.

Secara rinci, Organoid Otak Berbasis Mesin, alias OI, adalah sebuah perangkat keras nan terdiri dari struktur saraf mini tiga dimensi nan tumbuh dari sel induk manusia. OI bakal terhubung dengan sensor dan perangkat keluaran, dan dilatih dengan machine learning, big data, dan teknik lainnya.

OI bermaksud untuk mengembangkan sistem ultra-efisien nan dapat memecahkan masalah di luar jangkauan komputer digital konvensional, sekaligus membantu pengembangan pengetahuan saraf dan bagian penelitian medis lainnya.

Menurut Thomas Hartung, seorang guru besar pengetahuan kesehatan lingkungan di Johns Hopkins Bloomberg of Public Health dan Whiting School of Engineering nan memelopori proyek ini, biocomputing adalah upaya besar untuk memadatkan daya komputasi dan meningkatkan efisiensinya untuk melampaui pemisah teknologi saat ini.

Komputer OI beraksi dengan Menggunakan Pola Pikir nan Menyerupai Manusia

Hartung menyatakan bahwa OI dengan sel-sel otak manusia dapat menghasilkan biokomputer nan efisien dalam pemrosesan dan berpikir seperti manusia. Biokomputer ini bisa melakukan banyak kalkulasi dan memproses nomor lebih banyak daripada keahlian manusia.

Hartung mengungkapkan bahwa meskipun komputer modern dapat melakukan banyak kalkulasi dan pemrosesan data, tetapi mereka belum bisa menandingi keahlian otak manusia dalam perihal deduksi, pemikiran logis, dan naluri.

Selain itu, biokomputer diharapkan dapat bekerja lebih efisien dan secara alami daripada komputer konvensional nan sangat royal energi. Menurut Hartung, meskipun komputer super terbaru Frontier di Kentucky telah mencapai keahlian otak manusia pada Juni 2022, tetapi dengan biaya daya nan sangat besar.

Oleh lantaran itu, OI diharapkan dapat menggantikan AI di masa depan lantaran lebih efisien dan bisa melakukan komputasi nan lebih baik daripada AI.

Baca juga: Saingan AI? Ini Dia Kecerdasan Buatan Baru, Organoid Intelligence

Jangka Waktu Pengembangan OI 

Hartung mengungkapkan bahwa pengembangan teknologi OI memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum bisa diterapkan dalam perangkat sederhana.

Namun, jika para intelektual dapat memproduksi dan memperbanyak sel otak dengan sigap serta melatih organ otak tersebut dengan AI, maka OI dapat menciptakan biokomputer dengan keahlian pemrosesan nan sangat handal.

"Diperlukan beberapa dasawarsa untuk menciptakan biokomputer dengan keahlian nan setara dengan komputer modern. Namun, jika riset dan pengembangan OI terus diperhatikan, pengembangan OI bisa menjadi lebih cepat," tambah Hartung.

Seperti diketahui, teknologi pandai seperti AI dan OI dapat disalahgunakan untuk tujuan-tujuan nan melanggar etika dan norma manusia. Oleh lantaran itu, para peneliti dari Universitas John Hopkins bekerja sama dengan para peneliti nan mahir di bagian AI Ethics untuk memastikan teknologi ini tidak digunakan untuk tujuan nan buruk. Untuk informasi lebih lanjut mengenai jurnal nan membahas OI ini, silakan klik tautan nan disediakan.

(dwk)

Sumber Blog Teknologi Indonesia
Blog Teknologi Indonesia
close
Atas