
Teknologi.id - Seorang guru besar perguruan tinggi di South Carolina menemukan indikasi adanya penggunaan AI dalam membikin PR dari salah satu siswa setelah menangkap seorang siswa menggunakan ChatGPT untuk menulis esai untuk kelas filsafatnya.
Dilansir laman buletin internasional, New York Post, semua bermulai saat awal Desember 2022, Darren Hick memberikan PR ke para siswa di kelasnya, berupa menulis esai 500 kata tentang filsuf abad ke-18 David Hume dan paradoks horor.
“Banyak pengajar dan pembimbing di seluruh bumi tidak menyangka bahwa AI dapat mengerjakan PR dan melakukan plagiasi tanpa terdeteksi, ” ucap asisten guru besar makulat Universitas Furman Darren Hick
“Ada kata-kata asing tertentu nan digunakan nan tidak salah, hanya aneh… jika Anda mengajari seseorang langkah menulis esai, ini adalah langkah Anda menunjukkan mereka untuk menulisnya sebelum mereka menemukan style mereka sendiri.”
Meski berlatar belakang etika norma kewenangan cipta, Hick mengatakan nyaris tidak mungkin membuktikan bahwa makalah itu dibuat oleh ChatGPT.
Pertama, guru besar memasukkan teks nan dicurigai ke dalam perangkat lunak dibuat oleh produsen ChatGPT untuk menentukan apakah tanggapan tertulis dirumuskan oleh AI.
Teks tersebut diberi kemungkinan 99,9% cocok. Tetapi tidak seperti perangkat lunak pendeteksi plagiarisme standar — alias makalah perguruan tinggi nan dibuat dengan baik — perangkat lunak tersebut tidak menawarkan kutipan.
Hick kemudian mencoba membikin esai nan sama dengan mengusulkan serangkaian pertanyaan kepada ChatGPT nan dia bayangkan telah diajukan oleh muridnya. Langkah tersebut menghasilkan jawaban nan serupa, tetapi tidak ada kecocokan langsung, lantaran ChatGPT bekerja dengan terus merumuskan jawaban nan unik di masing-masing pengguna.
Tapi Hick cemas kasus lain nyaris tidak mungkin dibuktikan, serta bahwa dia dan rekan-rekannya bakal segera dibanjiri PR nan penuh plagiasi hasil dari ChatGPT .
Untuk saat ini, Hick mengatakan bahwa nan terbaik nan bisa dia lakukan adalah mengejutkan siswa nan dicurigai dengan ujian lisan dadakan, berambisi membikin mereka lengah tanpa perlengkapan teknologi mereka.
“Apa nan bakal menjadi kesulitannya adalah, tidak seperti meyakinkan seorang kawan untuk menulis esai Anda lantaran mereka mengambil kelas sebelumnya alias membayar seseorang secara online untuk menulis esai untuk Anda, ini cuma-cuma dan instan,” katanya.
Yang lebih menakutkan lagi, Hick cemas bahwa saat ChatGPT terus beradaptasi dan mempelajari gimana langkah menghasilkan tanggapan dengan senatural dan seluwes mungkin. dan menggantikan peran manusia dalam menghasilkan produk akademisi nan orisinil.
Baca juga: Arab Saudi Tawarkan Wisata Baru: Main Ski di Pegunungan Gurun
(MAJ)