Penjelasan Federal Reserve Atas ‘Efek Kekayaan’ Yang Merusak Kripto

Sedang Trending 11 bulan yang lalu

Strategi Federal Reserve untuk meningkatkan suku kembang dapat berlanjut, sehingga menyulitkan industri kripto untuk bangkit kembali. Agar aset kripto menjadi telindungi terhadap inflasi, industri perlu mencari langkah untuk memisahkan kripto dari pasar tradisional. Keuangan terdesentralisasi (DeFi) mungkin dapat menawarkan jalan keluar dengan melepaskan diri dari model finansial lama.

illust - Penjelasan Federal Reserve Atas 'Efek Kekayaan’ Yang Merusak KriptoSumber Asset: Fed the federal reserve created by sweet_tomato – www.freepik.com

Bagaimana kebijakan Federal Reserve Memengaruhi Kripto

Pada 1980-an, Paul Volcker, ketua Dewan Federal Reserve, memperkenalkan kebijakan kenaikan suku kembang untuk mengendalikan inflasi. Volcker meningkatkan suku kembang menjadi lebih dari 20%, memaksa ekonomi mengalami penurunan dengan mengurangi kapabilitas pembelian masyarakat. Strategi tersebut berhasil, dan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 14,85% menjadi 2,5%. Bahkan sekarang, Federal Reserve terus menggunakan metodologi nan sama untuk menurunkan tingkat inflasi nan tinggi.

Pada tahun 2022, inflasi inti AS mencapai level tertinggi dalam 40 tahun, membikin Federal Reserve secara konsisten meningkatkan suku kembang sepanjang tahun. Ini telah memukul pasar kripto secara keras. Mike McGlone, Ahli Strategi Komoditas Senior di Bloomberg Intelligence, menjelaskan bahwa “palu besar” Fed telah “telah menekan kripto tahun ini.” McGlone percaya bahwa kebijakan Fed dapat menyebabkan kehancuran nan lebih jelek daripada krisis finansial tahun 2008.

Data pasar menunjukkan pola nan jelas di mana kenaikan suku kembang Federal Reserve berasosiasi dengan penurunan nilai cryptocurrency nan signifikan. Misalnya, Bitcoin ticker turun

$16.714 nilai turun pada 6 Mei setelah pertemuan Fed pada 3 dan 4 Mei untuk meningkatkan kembang sebesar 0,5%. Demikian pula, Bitcoin turun menjadi $17.500 setelah pertemuan Fed pada 14 dan 15 Juni, di mana mereka meningkatkan suku kembang sebesar 0,75%.

Kenaikan suku kembang pada bulan Juni merupakan aspek signifikan untuk cryptocurrency seperti BTC dan Ether turun $1.179, jatuh 70% tertinggi sepanjang masa. Seperti nan diperlihatkan diagram harga, kebijakan Federal Reserve mempunyai hubungan langsung dengan volatilitas pasar kripto.

Ketidakpastian ini menghalang industri kripto untuk membikin comeback nan pasti. Karena cryptocurrency adalah kelas aset nan berisiko, penanammodal mengurangi eksposur mereka terhadap kripto lantaran kenaikan suku kembang dan ketakutan bakal resesi.

Karena inflasi tetap tinggi, tidak ada argumen untuk percaya bahwa Federal Reserve bakal menghentikan kenaikan suku kembang dalam waktu dekat. Sayangnya, ini bukan berita baik untuk aset berisiko seperti cryptocurrency.

Kemungkinan besar, Federal Reserve bakal melanjutkan kenaikan suku kembang sesuai dengan umpan kembali informasi pasar. Bank of America menulis, “The Fed bakal menekankan ketergantungan data, mereka bakal mendapatkan dua cetakan NFP dan CPI lagi sebelum pertemuan pada Desember jika tetap panas, 75 bps lagi ada di kartu, jika tidak, perlambatan hingga 50 bps dimungkinkan. Ahli strategi menambahkan, “The Fed belum selesai mendaki sampai informasi nan membutikannya.”

Menurut laporan Federal Reserve Bank of New York, cryptocurrency tidak lagi berada di 10 teratas apalagi dikutip sebagai akibat potensial bagi ekonomi AS. Ini mengungkapkan perubahan krusial dalam pola pikir investor, menunjukkan bahwa kripto pada akhirnya bakal menjadi kelas aset nan tidak berisiko.

Tapi, itu tidak bakal terjadi jika kripto terus mengikuti model finansial lama. Untuk mengalahkan inflasi dan mengimbangi kebijakan Fed, industri kripto kudu merangkul finansial terdesentralisasi untuk ekonomi masa depan nan kuat.

Sumber : cointelegraph.com

Sumber Blog Crypto News
Blog Crypto News
close
Atas