Severance Review: Work-Life Balance atau Perbudakan Korporat?

Sedang Trending 10 bulan yang lalu

“Severance” merupakan serial psychological thriller karya Ben Stiller dan Dan Erickson. Serial ini sempat dinobatkan sebagai salah satu serial terbaik 2022 (yang sayang terlewatkan oleh Cultura Best 2022). Dibintangi oleh Adam Scott, Britt Lower, Patricia Arquette, Zach Cherry, dan John Turturro.

Mark adalah seorang team leader di salah satu bagian suatu perusahaan berjulukan Lumon. Setiap pegawai Lumon membikin perjanjian kerja nan melibatkan prosedur ‘severance’ alias ‘pemutusan’. ‘Pemutusan’ nan dimaksud dalam prosedur ini adalah terpisahnya ingatan pegawai antara kehidupan pribadi dan kehidupan kerja mereka.

Ketika Mark bekerja, dia bakal melupakan problematika kehidupan pribadinya. Sementara di luar jam kerja, Mark tak bakal mengingat sama sekali apa nan sebetulnya dia kerjakan dan melupakan rekan-rekan kantornya.

Terdengar seperti konsep work-life balance? “Severance” menyulap pandangan hidup tersebut dalam skenario fiksi ilmiah dan dystopia nan bisa memberikan outcome mengerikan bagi peradaban manusia, terutama menyinggung rumor etika ketenagakerjaan.

Severance

Angkat Definisi Work-Life Balance ke Level nan Ekstrim

“Severance” seperti salah satu bagian “Black Mirror”, namun dikembangkan menjadi serial sendiri dengan skena eksplorasi world-building nan lebih maksimal. Serial Ben Stiller ini mempunyai latar dystopia dengan Lumon sebagai perusahaan besar nan mempunyai reputasi tinggi.

Sesuai dengan judulnya, ‘severance’ alias prosedur ‘pemutusan’ menjadi rumor utama. Meski tidak disebutkan secara eksplisit, kita bisa menyandingkan konsep prosedur ‘pemutusan’ dalam skenario ini sebagai istilah work-life balance. Dimana seseorang mengusahakan kehidupan seimbang antara kerja dengan kehidupan pribadi.

Konsep ini pun dikembangkan menjadi prosedur fiksi ilmiah nan original dalam “Severance”. Melalui Mark, awalnya kita bisa memandang gimana dia mendukung prosedur ‘pemutusan’ sebagai pegawai Lumon. Namun juga diperlihatkan gimana prosedur ini juga tetap dianggap tabu oleh masyarakat luas.

Melihat konsep dari prosedur ‘pemutusan’ kita sebagai penonton juga bakal terkesima. Suatu konsep nan menarik. Namun, apakah prosedur ini betul-betul penemuan nan tidak bakal memberikan akibat buruk?

Buat penonton nan mempunyai pekerjaan sebagai pegawai korporat alias perusahaan secara umum, mungkin lebih bisa relate gimana “Severance” mempunyai komponen thriller apalagi horror. Isu tentang etika ketenagakerjaan dalam serial ini dielaborasi menjadi sajian satir nan menarik. Mengeksplorasi sisi gelap dari perbudakkan korporat nan bisa sangat mengerikan.

Severance

Apple TV

Dualitas Setiap Karakter Pegawai nan Menarik untuk Diungkap

Kisah berpusat pada Mark sebagai team leader dengan ketiga rekan kerja lainnya, Helly, Irving, dan Dylan. Selain tidak mengetahui apapun tentang kehidupan pribadi masing-masing, mereka sebetulnya juga tidak terlalu mengerti apa nan sebetulnya mereka kerjakan. Salah satu misteri terbesar nan bakal membikin kita terus tune in adalah mengungkap perusahaan apa Lumon sesungguhnya?

Selain misteri dari Lumon sendiri, setiap karakter juga mempunyai karakter dan kehidupan pribadi nan bikin penasaran. Kita bakal lebih sering memandang perspektif pandang Mark. Kita bakal mengikuti gimana dia menjalani tugas sebagai team leader, kemudian pulang instansi dan kembali menghadapi duka cita besar. Pada akhirnya, kita bakal mengetahui bahwa setiap pegawai bisa jadi mempunyai beragam argumen kuat untuk melakukan prosedur ‘pemutusan’.

Helly menjadi karakter dengan penokohan paling kuat dan menggerakan plot. Rutinitas kerja Mark mulai mengalami gejolak ketika Helly berasosiasi dengan divisinya. Meski identitasnya bakal menjadi misteri nyaris sepanjang serial, satu perihal nan kita tahu, Helly adalah karakter dengan kemauan tinggi dan keras kepala. Selalu sukses membikin bagian semakin menarik.

Melihat team Mark, kita bisa memandang representasi beragam jenis pekerja kantoran. Ada pegawai teladan, ada pegawai nan melakukan perlawanan jika ditindas, ada pula pegawai nan kagum dengan idealisme perusahaan. Menarik untuk memprediksi, apakah kepribadian mereka nan di luar instansi bakal seratus persen berbeda?

Perkembangan Plot Misteri nan Bertahap Namun Tidak Membosankan

“Severance” mempunyai komponen misteri nan suspenseful. Memiliki plot slow burn, namun dengan tahap nan tidak lambat dan membosankan. Apalagi dengan estetika minimalis dan monoton, sekilas serial ini mungkin memberikan kesan nan membosankan dibandingkan serial-serial khayalan nan mendominasi pada 2022. Namun “Severance” jauh dari kata membosankan.

Selalu ada kejadian monumental dan informasi baru nan kita dapatkan di setiap episode. Berawal dari perusahaan nan terlihat biasa-biasanya saja, kejadian dan penyimpangan sistem nan terjadi bakal membawa kita pada perjalanan mengungkap rahasia Lumon. Semakin kita melanjutkan episode, semakin intens kengerian nan terjadi pada team Mark nan menjadi konsentrasi utama.

“Severance” finale diakhiri dengan cliffhanger, namun cliffhanger nan bisa diterima. Setidaknya satu misteri pertama sudah diungkap pada season perdana ini. Mengindikasikan adanya kelanjutan pada season berikutnya. “Severance” sangat patut ditonton oleh audience nan lebih luas. Karena rumor nan diangkat dalam serial ini bisa disandingkan dengan realita bumi kerja masyarakat urban. Semoga saja “Severance” kembali dengan season terbaru.

Sumber Blog Hiburan TV, Movies, Music, dan Lifestyle
Blog Hiburan TV, Movies, Music, dan Lifestyle
close
Atas