The Last of Us (Episode 2) Review: Infected

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

“The Last of Us” kembali lagi dengan bagian terbarunya nan kedua pekan ini. Pada episode pilot minggu kemarin, kisah lebih konsentrasi pada ‘the day one’ dan latar belakang Joel sebagai protagonis dalam kisah ini. Akhir bagian menjadi awal dari petualangan Joel berbareng Tess untuk mengantar Ellie demi imbalan.

“The Last of Us” menjadi awal dari petualangan sesungguhnya bagi ketiga karakter tersebut di luar area karantina. Menjadi momen pertama bagi Ellie memandang bumi luar.

Kembali trending, “The Last of Us” bagian 2 mencapai 5,7 juta penonton pada penayangan perdananya di HBO dan HBO Max. Mengalahkan bagian pilot dengan 4,7 juta penonton pada malam perdananya.

Jika pada ulasan bagian pilot kita antusias untuk membandingkan serial ini dengan game-nya, ulasan Cultura kali ini hingga seterusnya bakal lebih konsentrasi pada presentasi serialnya. Karena bagian pilot telah memberikan cukup statement bahwa serial ini menunjukan kesetiaannya dengan materi sumber nan sudah bagus.

The Last of Us bagian 2

Penampilan Christine Hakim & Yayu Unru pada Intro Episode

(Spoiler Alert!) Sama seperti bagian sebelumnya, “The Last of Us” bagian 2 dibuka dengan flashback. Episode pilot dan bagian 2 mempunyai intro nan sama-sama tidak mudah dilupakan serta krusial sebagai sumber informasi penonton. Sebelumnya kita menyaksikan talk show pada 1968, nan membahas ancaman jamur seperti Cordyceps nan bisa menjadi akhir umat manusia.

Pada bagian 2, kita bakal dibawa ke Jakarta pada tahun 2003. Dimana Professor Universitas Indonesia, Ibu Ratna (Christine Hakim) menjadi intelektual pertama nan menemukan awal dari akhir umat manusia. Buat nan tetap ingat, momen ini akhirnya mempunyai kesinambungan dengan bagian pertama ketika Jakarta disebut dalam buletin radio nan didengarkan oleh Joel berbareng saudaranya.

Kembali sajikan intro nan menghadirkan kengerian dalam ketenangan, Christine Hakim dan Yayu Unru eksekusi perbincangan nan berkesan. Terkandung banyak emosi hanya dalam satu momen tersebut. Dimulai dari kengerian, kemudian outcome secara logika dari Bu Ratna sebagai ilmuwan, hingga berhujung pada kepasrahan nan melankolis ketika dia meminta untuk diantar pulang ke keluarganya.

Ketika seorang intelektual saja menunjukan kepasrahan dan saran penanganan nan ekstrim, di situlah kita bisa merasakan seram dari situasi tersebut. Intro kali ini juga mempunyai penulisan dan pengarahan nan sangat perincian untuk menjadi opening nan berkualitas.

Mimpi Buruk Joel, Ellie, dan Tess di Museum

Berbeda dengan bagian pilot nan riuh dengan banyak tokoh dan ekstra, “The Last of Us” bagian 2 lebih konsentrasi pada awal petualangan Joel, Ellie, dan Tess nan berlokasi di kota, di luar area karantina. Kita mulai memandang hubungan Joel dan Ellie nan tetap belum akrab, serta merasakan antusiasme Ellie nan tetap tampak santai, untuk pertama kalinya memandang kota.

Sama seperti Ellie, kita bakal terpesona dengan penampilan kota nan terlantar dengan kreasi produksi maksimal. Gedung-gedung roboh dengan tanaman merambat, genangan air dalam gedung nan menciptakan ekosistem baru, menjadi estetika semesta apocalypse nan unik dari “The Last of Us”. It’s eerie and beautiful at the same time. 

Bella Ramsay mulai menunjukan aksinya sebagai Ellie, karakter krusial dalam kisah ini setelah Joel. Jika Joel adalah karakter nan serius dan fokus, serta telah melalui banyak hal. Sementara Ellie tetap mempunyai sisi remaja nan cuek dan masa tolol dengan keadaan sekitar, namun bagian ini telah menjadi pelajaran baru baginya. Dimana akhirnya dia berhadapan dengan Clicker nan selama ini hanya sebatas dongeng ketika dia tetap tinggal di panti asuhan.

Petualangan ketiga karakter di museum kota menjadi penanda utama dari bagian 2. Dimana menjadi satu momen petak umpet dan melawan Clicker, salah satu jenis monster dalam “The Last of Us”. Mulai dari koreografi, blocking kamera, hingga tindakan dari setiap karakter dieksekusi dengan pengarahan nan sempurna dalam menciptakan ketegangan. Kemudian diakhiri dengan tragedi emosional nan mematahkan hati penonton, ketika Tess mengorbankan dirinya.

Anna Torv sukses memberikan emosi pada karakter Tess nan mempunyai angan dalam keputusasaan dengan mengorbankan dirinya, kemudian mempersuasi Joel untuk melanjutkan misi nan bisa mengubah dunia.

the last of us bagian 2

Teror Perdana Clicker nan Menegangkan

Kita tidak boleh melewatkan apresiasi pada karakter kreasi Clicker nan dihidupkan dalam serial HBO ini. Selain pengarahan segmen petak umpet nan berbobot dalam segmen museum, presentasi semakin komplit ketika Clicker betul-betul tampil sebagai makhluk nan mengerikan. Mulai dari makeup hingga pengarahan gesture pada Clicker, terutama suaranya nan otentik dan memberikan semakin mendukung kengeringan dari kehadiran mereka.

Akan menarik untuk memandang penampilan monster-monster dalam “The Last of US” di episode-episode mendatang. Lebih dari penampilan monster dengan kualitas makeup profesional, namun komponen seram berupaya ditampilkan melalui momen nan berkesan. Tidak asal menampilan Clicker alias manusia terinfeksi lainnya pada situasi nan random. Akhirnya, presentasi Clicker merupakan satu paket dari kreasi karakter, penulisan, serta pengarahan ketika mengeksekusi suatu adegan.

“The Last of Us” bagian 2 kembali menampilkan kualitas nan tetap membikin penonton antusias. Memiliki agenda nan fokus; mimpi jelek di museum, bagian kali ini terasa cukup cepat. Pacing-nya sudah sangat tetap, lantaran setiap segmen terasa esensial untuk disimak, terasa 55 menit telah berlalu.

Namun, ada banyak perihal kejadian dan emosi nan bisa kita rasakan. Mulai dari Ellie nan pertama kali berhadapan dengan bahaya, Joel nan (lagi-lagi) kehilangan orang nan dia peduli, hingga akhirnya pengorbanan dan angan dari Tess. Semoga pacing dan kualitas presentasi “The Last of Us” nan seperti ini bisa dipertahankan ke episode-episode berikutnya.

The Last of Us (Episode Pilot) Review: When You’re Lost in the Darkness

Sumber Blog Hiburan TV, Movies, Music, dan Lifestyle
Blog Hiburan TV, Movies, Music, dan Lifestyle
close
Atas